Memeluk Galon Kosong
Sore itu suasana kos jambu terasa damai. Hembusan angin sejuk sesekali membawa bunga jambu terbang ke teras. Tempat kami biasa berkumpul saat malam gelap.
Ruang Riang Creative - Kos jambu mulai ramai. Hampir setiap malam kami sering berkumpul di teras. Beberapa anak baru juga mulai mengisi kamar kosong.
"Misi mas." sapa seorang anak baru, asal Medan.
"Yooo, mari-mari. Baru ya mas?"
"Iya mas, kos di atas. Lantai dua. Mari mas." balasnya.
Tiap kos-kosan pasti memilki kisah uniknya sendiri. Bangunan unik. Lorong kos yang gelap. Parkiran tanpa pagar. Juga karakter penghuni bermacam.
Salah satunya, Rizky. Hobinya menjemur barang-barang di atas genteng. Pakaian, sepatu, tas, buku, dompet kosong, dan galon kosong. Ya galon kosong ia jemur. Bahkan saat isi pikirannya kosong, ia pun berjemur.
Praktis, ringkas, dan cepat kering. Mungkin itu yang ada dalam pikirannya. Ada sebuah ruangan khusus di lantai dua, cukup besar. Dipakai untuk gudang sementara, dan menjemur pakaian.
Ruangan ini juga sering kami pakai untuk bermain karambol. Tapi memang menempatkan sesuatu pada tempatnya itu membosankan. Gak ada tantangan. Lebih enak jemur di genteng. Praktis. Menantang.
Memeluk Galon Kosong
Kos Jambu, Sebuah Cerpen Anak Kos Jogja
Sabtu, pukul 10 pagi. Rizky mulai menjemur barang satu persatu di genteng. Persis disamping kamar Rizky. Sepatu, baju, celana, dan tas ransel ia jajarkan searah sinar mentari. Barisan akhir, galon kosong. Kosong adalah isi, isi adalah kosong, ucapnya dalam hati.
Pukul 2 siang. Cerah dan terik. Kos jambu sepi. Sebagian anak kos jambu tidur siang, sebagian lagi dikampus. Nongkrong. Ngopi. Titip absen.
Rizky mulai mengambil jemuran satu persatu. Galon kosong miliknya sudah kering.
Mulai berjalan diatas genteng. Perlahan. Kaki kanan maju, kaki kiri mundur, tangan di pundak, goyangkan badan. Malenggang patah patah. Ngana pe goyang pica-pica. Ngana pe body.....poco poco.
Tiba-tiba. "Krrakk.. Rrrrhhh. Gubrakkk! Klang..Glungg!!"
"Aduuuhhh. Mas... Maaass." terdengar suara meringkih dari depan kamarku.
Sontak semua berlari keluar. Reflek. Pasalnya kami sudah sering mendapati gempa bumi dadakan di kos jambu. Kalo gempa dijadwal kan lebih enak, kami ada persiapan. Setidaknya kami bisa berlari dengan pakaian lengkap.
Kami melihat Rizky sudah terkapar di teras depan. Memeluk sebuah galon kosong, sambil sesekali menggosok pantat dan punggung.
"Ehhh!! Waduhhhh...Kenapa Ki??!!!"
"Jatuh mas dari genteng. Aduhhh,"
Kami melihat ke atas, rupanya ada lubang besar seukuran tubuh manusia di genteng. Kami semua tertawa. Lupap kalau ada korban disitu. Duduk terkapar dengan muka merah. Menahan sakit dan malu.
"Kok bisa Kii.??!!!" tanya kami serempak.
"Iya mas, tadi aku mau ambil galon di genteng. Sudah kering, habis ku jemur."
"Pas kuambil, eh malah aku yang jatuh ke dasar." ucapnya dengan logat Medan dan muka melas.
Kami tak tahan!. Kami tak percaya!. Tak bisa berhenti tertawa. Tak ada satupun yang menolongnya. Ini bukan mimpi kan?!! Ajaib. Galon kosong dijemur. Biar kering!.
Rizky segera bangun. Masih memeluk galon. Kami masih tertawa. Kusarankan ia lapor kerumah Ibu kos. Bergegas ia pergi. Masih memeluk galon kosong. Sambil sesekali menggosok punggung.
Ia berjalan dan berpikir keras. Kenapa aku bisa jatuh dari genteng. Kenapa konstruksi genteng begitu rapuh. Mengapa genteng kos jambu tak kuat menahan berat badanku. Mengapa bumi bulat. Mengapa tahu bulat.
Selama dua hari Rizky memperbaiki galon, eh genteng yang rusak. Kali ini ia tak membawa galon. Mungkin sedang ia jemur. Isi pikirannya.
Rizky menambal genteng sendirian. Begitupun kami. Masih tertawa tiap kali melihat wajahnya. Membayangkan adegan jatuh dari genteng. Seperti cuplikan scene opening film Mr. Bean. Ingin selalu ku putar lagu itu saat bertemu dengannya, dan bernyanyi lirih.
Lirik lagu Mr. Bean
Ecce homo qui est faba.
Ecce homo qui est faba.
Vale homo qui est faba, qui est faba, qui est faba
Vale homo qui est faba
Vale homo qui est faba, qui est faba.....
"Tumben ki, sekarang gak suka jemur-jemur lagi?!" tanyaku padanya hari Sabtu. Tepat seminggu setelah kejadian galon kosong itu.
"Egga ah mas, kapok. Rugi banyak aku mengganti genteng kos jambu!. Ah..mending aku beli galon lagi." balasnya sambil tertawa, dan berpaling sambil memeluk galon kosong.
Baca Juga:
- Kos Jambu, Sebuah Cerpen Anak Kos Jogja
- Aku dan Teman Masa Kecilku
- Mimpi Basah di Kosan
- Mimpi Basah di Kos Teman, Bau Pandan di Jalan
- Sungguh Malang Nasibmu, Kelabang!
- Kesurupan di Kamar Pak Kades
- Pangeran Berkuda dari Timur